I.1 Latar Belakang
Hepatitis
virus akut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting
tidak hanya di Amerika Serikat tapi seluruh dunia. The centers for
Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
sekitar 3000.000 infeksi virus hepatitis B. Walaupun mortalitas penyakit
hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas dan ekonomi yang kurang
memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah
penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada
hati.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam
penyakit khususnya hepatitis. Hepatitis adalah suatu penyakit yang
dapat menimbulkan peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alcohol, dan dijumpai pada kanker hati. Gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis serupa namun cara penularan dan hasil akhirnya mungkin berbeda.
I.2 Tujuan
Maksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang penyakit hepatitis dan mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit tersebut. Makalah tersebut juga dijadikan sebagai refrensi dalam proses perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah
penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan
adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis
kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan
dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan
dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati
merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr,
atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis
lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah
cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah
kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan,
lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan
kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh
fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi
menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat
dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke
diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh
peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang
melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan
lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat
jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson, yang meliputi
seluruh permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di
permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk
rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran
empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap
lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus,
yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap
lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel
hati yang berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan
sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak
seperti kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel
kuffer. Sel kuffer merupakan sistem monosit-makrofag yang lebih banyak
daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu organ
utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain
cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica yang melingkari bagian
perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil
yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke
dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama
makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus
koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta ini berbeda dengan darah vena lain karena :
- Tekanan sedikit lebih tinggi.
- Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih banyak.
- Mengandung lebih banyak zat makanan.
- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume
total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit dan dialirkan
melalui vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava
inverior.
b. Fungsi Hati
Selain
merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki
urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya.
Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir
setiap fungsi metabolik tubuh; pada tabel di bawah ini dapat dlihat
beberapa fungsi utama hati :
Fungsi Hati
|
1. Pembentukan dan ekskresi empedu.
2. Metabolisme pigmen empedu.
3. Metabolisme protein.
4. Metabolisme lemak.
5. Penyimpanan vitamin dan mineral.
6. Metabolisme steroid.
7. Detoksifikasi.
8. Ruang pengapung dan fungsi penyaring.
9. Pembentukan urea.
10. Penyimpanan protein
|
Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fungsi dasar hati adalah :
1.) Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
2.) Fungsi metabolik
3.) Fungsi pertahanan tubuh
4.) Fungsi vaskular hati
Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal
ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan
empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang
dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur
utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid,
kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam
empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.
Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam
ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan
resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir
metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia
penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena
bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan
dengannya.
Fungsi Metabolik
Hati
memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas
dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida
dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati
(glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan
ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian
glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga
(energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau
menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga mampu
menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran
hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin
yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen
dan faktor-faktor pembekuan yang lain.
Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri
dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi,
hidrolisis atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi
perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang
berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis dan
juga menghasilkan immunolobulin.
Fungsi Vaskuler Hati
Setiap
menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid
hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena
hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu
dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah
arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang
dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap
menit.
3. Patofisiologi
Inflamasi
yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah
sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh
respon imune digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh
karenanya sebagian besar oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal
4. Etiologi
a. Virus.
b. Bakteri (salmonella typhi).
c. Obat-obatan.
d. Racun (hepatotoxic).
e. Alcohol.
5. Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
ü HepatitisA/Hepatitis infeksius
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal akibat
higyne yang buruk atau makanan yang tercemar.Gejala hilang sama sekali
setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal
terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi
hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30
hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces
pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan
kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya
terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4
minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan
suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks
anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
ü HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut
partikel dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen
permukaan yang telah diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari
sampel darah hasil pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang
lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar
5-10% orang dewasa yang terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis
kronis dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan.
Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan
dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi
darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin
yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari
setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia
sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak
pasangan seksual.
ü Hepatitis c
Hepatitis
c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut sama
dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah
dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini
dapat dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali
pasangan seksual cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan
virus ini. Masa tunas hepatitis C berkisar dari 15
sampai 150 hari, dengan rata-rata 50 hari. Karena gejalanya cenderung
lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak menyadari mereka
mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan.
Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di
deteksi dalam darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya
antibody terhadap virus hepatitis C tidak berarti stadium kronis tidak terjadi.
saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
ü Hepatitis D
Hepatitis
D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan
kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari virus hepatitis
B.
ü Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah,
hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (
self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester
ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi
feces.
Tabel Virus Hepatitis Yang Dikenali Saat Ini
Jenis
|
penularan
|
Prognosis
|
Diagnosis
|
Hepatitis A
|
Oral atau fekal
|
Biasanya sembuh sendiri
|
Antibody hepatitis A ; IgM(stadium dini),IgG(stadium lanjut)
|
Hepatitis B
|
Ditularkan melalui darah,khususnya dari ibu ke anak. Juga ditularkan melalui hubungan seksual
|
Biasanya sembuh sendiri.10% diantaranya dapat menjadi hepatitis B kronis atau fulminan.
|
Antigen
permukaan hepatitis B (HbsAg) dan antigen inti(HbeAg) yang diikuti
dengan antibody terhadap antigen permukaan hepatits B dan antigen inti.
|
Heparitis C
|
Ditularkan melalui darah ( angkat penularan melalui hubungan kelamin rendah).
|
50% dapat menjadi infeksi kronis
|
Antibody hepatitis C
|
Hepatitis D
|
Ditularkan melalui darah.ko-infeksi hanya dengan hepatitis B
|
Meningkatkan kemungkinan perburukan hepatitis B
|
Antigen hepatitis D, antibody hepatitis D.
|
Hepatitis E
|
Air tercemar, oral atau fekal
|
Biasanya sembuh sendiri, tetapi menimbulkan angka kematian tinggi pada wanita hamil
|
Pengukuran virus hepatitis E
|
6. Manifestasi Klinik
Terdapat tiga stadium :
a. Stadium pre ikterik
Berlangsung
selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih
coklat.
b. Stadium
ikterik, yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan
berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.
c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus
mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada
anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua. Karena penyebab yang biasa berbeda.
7. Penularan
|
HVA
|
HVB
|
HVC
|
HVD
|
HVE
|
|
|
|
|
|
|
Penularan
|
Fekal oral
Parenteral
|
Darah
Saliva
Seksual
|
Darah
Saliva
|
Darah
|
Fekal oral
|
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I)
Resiko
penularan untuk HVA yaitu : sanitasi buruk, institusi yang ramai
seperti rumah perawatan, rumah sakit jiwa, jasa boga, terinfeksi.
Sedangkan resiko penularan HVB aktivitas homoseksual, memiliki banyak
pasangan seksual, memakai obat-obatan melalui suntikan intravena,
hemodialisis kronik, pekerja sosial di bidang kesehatan, transfusi darah
(sekarang sudah jarang karena ada pemeriksaan rutin).
8. Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan diataranya sebagai berikut :
a. Kini
tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan
dan pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak
resiko tinggi misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi
parenteral perlu sangat hati-hati dalam menangani peralatan parenteral
tersebut.
b. Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
c. Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
d. Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
e. Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.
9. Penatalaksanaan
a. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
b. Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
c. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
d. Terapi sesuai instruksi dokter.
e. Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f. Alat-alat makan disterilkan.
g. Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.
10. Komplikasi
Komplikasi
hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan
mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan
dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis
virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau
kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (picce
meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup
bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Enzim-enzim
serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan sel hati
dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.
c. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktus biliaris.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses
perawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir dalam
pemberian askep yang difokuskan pada reaksi/respon manusia unik pada
suatu kelompok/perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik
aktual maupun resiko.
- Pengkajian
Tahap
pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data,
menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data
yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali. Dengan menggunakan beberapa teknik, anda berfokus pada
pendapatan profil pasien yang akan memungkinkan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien dan diagnosa yang cocok, merencanakan masalah,
mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil. Profil ini
disebut data-data pasien.
Data
dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status kesehatan
pasien yang menyeluruh. Data tergantung pada penyebab dan beratnya
kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c. Eliminasi
Gejala : Urine gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/ berulangnya hemodialisa.
d. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual/muntah.
e. Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artalgia, mialgia, sakit kepala (pruritus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.
g. Pernafasan
Tanda : Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h. Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda : Demam
Urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik).
i. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh : homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
- Identifikasi/Analisa masalah (Diagnosa Keperawatan)
Tahap
kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis, dan
juga identifikasi masalah atau diagnosa keperawatan. Proses ini amat
penting dan esensial karena proses ini merupakan satu bagian yang paling
vital dalam proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan :
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan :
Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mua/muntah,
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan : penurunan
peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
c. Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites), gangguan proses pembekuan
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
Gejala : Jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e. Potensial
terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan dengan :
kontak dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.
f. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
- Perencanaan
Diagnosa keperawatan :
a. Aktivitas intoleran berhubungan dengan :
- Kelemahan umum, penurunan kekuatan otot/ketahanan : nyeri.
- Mengalami keterbatasan aktivitas.
Data subyektif : Laporan kelemahan.
Data objektif : Tampak lemah, kekuatan otot menurun, istirahat di tempat tidur.
* Tujuan
- Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
* Kriteria
- Menunjukkan teknik/perilaku kemampuan kembali melakukan aktivitas.
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
* Tindakan keperawatan
1.) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional :
Meningkatkan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2.) Ubah posisi dengan sering, perawatan kulit yang baik.
Rasional :
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3.) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional :
Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
4.) Tingkatkan aktivitas sesuai intoleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit pasif/aktif.
Rasional :
Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas.
5.) Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, membaca, mendengarkan radio.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
6.) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional :
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
Kolaborasi :
Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual.
Data subjektif : Kurang nafsu makan, nyeri abdomen/kram.
Data obyektif : Porsi makan tidak dihabiskan, berat badan menurun, muntah.
* Tujuan
- Menunjukkan berat badan yang meningkat atau kembali normal.
- Diet yang dianjurkan dapat ditoleransi tanpa rasa tak nyaman.
* Kriteria
- Berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
* Tindakan keperawatan
1.) Awasi
pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering dalam
frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.
Rasional :
Makanan
banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore
hari.
2.) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3.) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4.) Dorongan pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna, toleran bila makanan lain tidak.
5.) Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
Kolaborasi :
6.) Konsul
pada ahli diet. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien dengan pemasukan lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasional :
Berguna
dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme
lemak bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran empedu dan
perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleransi
pemasukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati.
Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi
produk akhir protein dapat mencetuskan hepati ensefalopati.
7.) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare, ditandai dengan :
Data subyektif : -
Data obyektif : Muntah dan diare.
* Tujuan
Mempertahankan hidrasi adekuat.
* Kriteria
- Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
* Tindaka keperawatan
1.) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
2.) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.) Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
4.) Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5.) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
6.) Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7.) Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional :
Memperbaiki
kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari
jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/ isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Data subyektif : Perasaan tak berdaya.
Data obyektif : Perawatan isolasi, icterus pada mata dan seluruh tubuh.
* Tujuan
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
* Kriteria
- Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.
- Mengakui diri sebagai orang tua yang berguna.
* Tindakan keperawatan
1.) Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional :
Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2.) Dorong diskusi perasaan marah.
Rasional :
Kesempatan
untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih
mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi memudahkan
perilaku koping positif.
3.) Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.
Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan mengalahkan diri : penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
4.) Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5.) Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional :
Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga/penyembuhan lama.
6.) Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional :
Memampukan
pasien untuk menggungkan waktu dan energi pada cara konstruktif yang
meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
7.) Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Kolaborasi
8.) Buat
rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan
pulang, pelayanan masyarakat dan atau lembaga komunitas lain.
Rasional :
Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi masalah.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahankan tubuh sekunder tak adekuat dan malnutrisi.
Data subyektif : -
Data obyektif : - Klien dirawat di ruangan isolasi
- Faeces warna dempul.
- Urine warna pekat.
* Tujuan
Mencegah penularan kepada orang lain.
* Kriteria
Mendemonstrasikan/melakukan
teknik-teknik/cara penularan penyakit. Perubahan-perubahan teknik ulang
perilaku atau mencegah penularan penyakit terhadap orang lain.
* Tindakan keperawatan
1.) Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
- Gunakan celemek dan sarung tangan bila mengadakan kontak dengan klien (berhati-hati terhadap kontaminasi dengan alat-alat suntik klien seperti darah dan sekretnya).
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional :
Mencegah
transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang
efektif dalam mencegah transmisi virus tipe C di transmisikan melalui
terpajan pada darah dan produk darah.
2.) Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
3.) Membahas pentingnya imunisasi kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Data subyektif : Pengungkapan rasa gatal.
Data obyektif : Bilirubin meningkat.
* Tujuan
Klien akan mengungkapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit.
* Kriteria
- Jaringan kulit utuh tanpa lecet/luka.
- Gatal-gatal berkurang/hilang.
* Tindakan keperawatan
1.) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun mandi alkali.
Rasional :
2.) Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal, pertahankan kuku pendek.
Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.) Beri massage pada waktu tidur.
Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4.) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional :
Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan kulit.
Kolaborasi
5.) Berikan obat sesuai indikasi ; antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.
Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus pada hepatik hebat.
g. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan :
Data subyektif : Pernyataan yang salah konsepsi.
Data obyektif : Pernyataaan/meminta informasi.
* Tujuan
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
* Kriteria
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala dengan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan.
* Tindakan keperawatan
1.) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional :
Mengidentifikasi
area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk
memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.
2.) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional :
Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.
3.) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional :
Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
4.) Diskusikan pembatasan donatur darah.
Mencegah
penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara bagian menerima
donor darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
5.) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional :
Proses
penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala
ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan
adanya hepatitis kronis.
6.) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minuman atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional :
Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.
- Implementasi
Merupakan
tahan keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan
keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang
dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
- Evaluasi
Tahapan
evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan.
Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus
dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan
kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4
kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :
a. Masalah klien dapat dipecahkan .
b. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.
c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan.
d. Dapat muncul masalah baru.