Dikutip dari pengalaman pribadi pasien ( Ny.I ).
Selama 40 hr AQ berada d ruang isolasi.
Berawal dari AQ mengeluh badan g enak, suhu 37,8, greges badan sakit semua setelah 2 hari kepulangan dari pelatihan d sby selama 10 hr, AQ pun periksa ke dokter dan d Anjurkn lab. Setelah lab jd AQ pun d nyatakan gpp semua baik baik saja dan AQ d ksh obat Paracetamol setelah 6 HR berlalu keluhanq pun g mereda mlh Indra penciuman ku hilang, nafsu mkn g ada, dada terasa mbesesek, dan rasa d mulut spt hiper,,, klo maem pedes dikit jadi rasanya puedeesss sekali, dan klo asin jg jd hiper. Akhirnya AQ pun Konsul lg k dokter dan d anjurkan untuk foto ronsen dan CT scan thorak, Krn keluhanq TDK seperti kasus covid yg biasa ada keluhan batuk, flu, sesak AQ TDK Merasakan itu, AQ pun dgn PD nya menolak hsl klo aq TDK sakit covid Krn gejala TDK menjurus k sana,, covid memang banyak muka mengelabui para pakar n ahli.
"Pneumonia bilateral" .....ya ternyata dlm waktu 7 hari sang virus sdah menggerogoti kedua paru paruq, dokter d Tuban sangat jeli meski AQ blm d swab beliau beliau sdh curiga AQ sakit covid. Dan saat itu pun AQ masuk ruang isolasi,,,,, sendiri tanpa ada boleh yg menemani, AQ pun lngsung d terapi sakit covid, Alhamdulillah Alloh msh sayang pada q meski hasil swab blm keluar AQ mendapat terapi covid shg virus TDK merusak paruq lbh parah, hari hariq d dlm sana begitu sangat menyiksa selalu terdengar suara "nit... nit...nit.." dari ruang sebelah suara dari ventilator, d mana yg terpasang pada pasien covid yg sangat sesak. Dan biasanya mereka TDK bertahan lama, TDK ada suara tangis , sunyi senyap d dalam sana, hanya terdengar suara langkah kaki perawat yg hilir mudik bila ada pasien gawat dan suara roda brangkart bila mengangkut jenazah keluar..😭😭😭 , setiap saat d hantui kematian, cemas, takut bercampur menjadi satu, ya Alloh ya ilaihi robbii... hanya kpd Nya kita bersandar, hanya kpdNYA kita menangis dan meminta pertolongan hanya Alloh yg menemani kita d sana. D dlm sana AQ pun ingin bila mlm tiba segeralah pagi bila pg tiba segeralah mlm. Hari demi hari begitu menyiksa hanya air mata yg selalu terbawa, sholat, wirid, ngaji , minum obat, ikhtiar yg AQ lakukan.
Dan AQ pun merasa malaikat pencabut nyawa selalu berjaga d sana.
AQ pun left grub dari semua grub wa, TDK berani nonton tv yg menayangkan ttg berita kematian covid. Yg menambah kepanikan dan kecemasan.
Beruntung aq mpunyai klg yg sangat mensuport, suami q setiap hari selalu mengirim kan daun sirih , kunyit jahe madu yg selalu AQ minum setiap pg dan sore shg tampak kedua tangan suamiq kyk bakul jamu 😞selain obat yg d berikan dokter, semua ikhtiar AQ lakukan.
D ruang isolasi hanya kpd Alloh kita bersandar yakin Krn Alloh berkata " rahmadKu lebih besar dari ketetapanKU" jgn pernah putus asa dlm berdoa
Dan dukungan doa dr teman teman, klg juga sangat mendukung q
Akhirnya HR bahagia itupun tiba tepat 40 HR AQ keluar dr ruang isolasi, Alloh memberiq kesempatan hidup ke 2.
Sujud syukur ku kpd Alloh yg memberi pertolongan Nya kpd q.
Uji nyali d ruang isolasi yg sangat berisiko yaitu
" NYAWA MU "
Semoga goresan ini bisa membuat semua yg d luar sana sadar
Salam
Pasien covid 19 confirmasi positif pertama d Tuban.
Post a Comment