A. Konsep Dasar Medis
1) Definisi
Angina Pektoris merupakan nyeri dada sementara atau perasaan tertekan ( kontriksi ) didaerah jantung. ( Brenda Walters. 2003 ).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
aliran oksigen terhadap miokardium. ( Maryllin E. Doengoes. 2002 Hal 73
).
Angina Pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena
penyempitan arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot jantung. (
Dr.John F.Knight. 1997 ).
2) Anatomi fisiologi
Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah thoraks
dan menempati rongga antara kedua paru yang disebut mediastinum. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai O2 dan nutrisi
sambil mengangkut CO2 dan sampah hasil metabolisme. Terdapat dua pompa
jantung yang terletak di sebelah kiri dan kanan, keluaran jantung kanan
didistribusikan seluruhnya ke paru-paru melalui arteri. Kerja pompa
jantung dijalankan oleh kontraktilitas relaksasi ritmik dinding otot.
Kontraksi otot disebut sistolik, kamar jantung menjadi lebih kecil
karena darah disemburkan keluar. Relaksasi otot jantung disebut
diastolik kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk
penyemburan berikutnya.
Jantung terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Lapisan luar disebut pericardium parietalis dan lapisan dalam disebut
pericardium viceralis yang langsung melekat pada permukaan jantung.
Kedua pericardium dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas yang berfungsi
mengurangi gesekan selama kontraksi jantung. Jantung terdiri dari tiga
lapisan yaitu :
• Lapisan luar : epikardium.
• Lapisan tengah : miokardium, merupakan lapisan otot.
• Lapisan dalam : endokardium.
Impuls jantung dimulai dan berasal dari Nodus Sinatrialis (SA) yang
berada di dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior.
SA Node menghasilkan denyut jantung 60-100 x dalam 1 menit. Kemudian
dihantarkan ke AV Node yang berada di atrium kanan dekat muara sinus
coronaria. Jalur AV merupakan transmisi impuls atrium dan ventrikel.
Penahanan yang terlalu lama atau gagalnya transmisi impuls pada AV Node
dikenal sebagai blok jantung. Dari AV, impuls jantung dihantarkan ke
berkas his/bundel his yang membelah menjadi cabang kiri dan kanan
kemudian di serabut purkinje yang menyebar keseluruhan permukaan dalam
ventrikel otot jantung dan akan mengkontraksi jantung. Serabut purkinje
juga menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
Sirkulasi Peredaran Darah
Darah yang berasal dari vena cava superior dan inferior masuk atrium
kanan kemudian ke ventrikel kanan lalu menuju paru-paru melalui arteria
pulmonalis. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dan O2. Darah yang banyak
mengandung O2 keluar melalui vena pulmonalis ke atrium kiri melewati
katub bikuspidalis ke ventrikel kiri dan akhirnya dipompa ke seluruh
tubuh melalui arcus aorta kemudian melewati pembuluh darah, arteriola,
kapiler (di sini terjadi difusi nutrisi dan metabolik jaringan), venula,
vena kemudian kembali lagi dengan membawa CO2 ke atrium kanan melalui
vena cava superior-inferior.
Ventrikel kiri dan kanan sewaktu diastole akan menghisap darah dari
atrium kiri dan kanan melalui katub trikuspidalis dan mitral untuk
dilewati darah. Setelah pengisian darah penuh di ventrikel akan
berkontraksi maka katup bikuspidalis dan mitral tertutup. Keadaan ini
disebut sistolik. Tertutupnya katub trikuspidalis dan mitral
menghasilkan bunyi jantung I sedangkan tertutupnya katub aorta dan
pulmonal menghasilkan bunyi jantung II. Curah jantung (cardiac output)
adalah sejumlah darah yang dipompa jantung ke seluruh tubuh tiap menit.
Besarnya curah jantung berubah tergantung dari kebutuhan metabolisme
tubuh. Curah jantung (CO) sebanding dengan volume sekuncup (SV) kali
frekuensi jantung (HR).
CO = SV x HR.
Pengaturan Denyut Jantung
Frekuensi jantung sebagian besar berada di bawah pengaturan system saraf
otonom yaitu serabut parasimpatis mempersarafi node SA dan AV,
mempengaruhi kecepatan dan frekuensi jantung sedangkan simpatis akan
memperkuat denyut jantung.
Pengaturan Volume Sekuncup
Volume sekuncup tergantung dari tiga variabel :
- Preload yaitu peningkatan volume terakhir yang meningkatkan kekuatan kontraksi pada saat sistolik.
- Kontraktilitas yaitu kekuatan kontraksi dari jantung.
- After load yaitu besarnya tegangan yang dihasilkan oleh ventrikel
selama fase systole agar mampu membuka katub semilunaris dan memompa
darah keluar.
Ruang jantung terdiri atas empat ruang, dua ruang bagian atas disebut
atrium, dua ruang di bagian bawah disebut ventrikel. Dinding yang
memisahkan ruang kanan dan kiri disebut septum.
- Atrium kanan
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah, yang juga sebagai pengatur
darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan
kemudian ke paru-paru. Darah yang berasal dari pembuluh vena masuk
atrium kanan melalui vena cava inferior dan superior dan sinus
coronarius.
- Ventrikel kanan
Menghasilkan kontraksi tekanan darah yang cukup untuk memompa darah ke dalam arteri pulmonalis.
- Atrium kiri
Menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui vena
pulmonalis. Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri
melalui katub mitralis.
- Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah ke
jaringan-jaringan perifer, sekat pembatas kedua ventrikel disebut septum
interventrikularis.
Katub Jantung
Katub jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah ke dalam jantung. Ada dua katub yaitu :
- Atrioventrikularis
Memisahkan antara atrium dan ventrikel. Terdapat dua jenis yaitu katub
trikuspidalis dan mitralis/bikuspidalis. Katub trikuspidalis memisahkan
atrium kiri dan ventrikel kiri.
- Semilunaris
Katub semilunaris terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang
bersangkutan. Katub antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut
katub pulmonalis. Katub antara ventrikel kiri dan aorta disebut katub
aorta.
3) Etiologi
- Penyakit arteri koroner ( CAD ) : gagal jantung konghesif ( CHF ),
spasme arteri koroner dipacu oleh latihan, stress, pemajanan terhadap
dingin.
- Perokok dan pengkomsumsi Alkohol.
- Makanan yang banyak mengandung serat lemak dan gula.
- Factor genetic ( herediter ).
4) Patofisiologi
Denyut jantung sangat penting, karena apabila ada rangsangan pada
bagian tubuh. Dengan demikian arus listrik sebagai pembuka jalan akan
menimbulkan kontraksi yang mana akan terjadi denyutan jantung. Hal ini
berjalan terus dengan irama yang teratur tanpa berhenti, menurut
kecepatan yang disebut tadi, pada umumnya 70x/mnt.
Tetapi jantung selalu pompa, mempunyai 4 ruang sendiri. Yang
masing-masing mempunyai peran penting. Karena darah itu dipompakan bukan
hanya kepada satu peredaran, melainkan kepada dua peredaran yang sama
sekali berbeda.
Yang besar adalah peredararan umum, mengalirkan darah keseluruh bagian
tubuh, tetapi setelah tiba diujung perjalanannya darah itu kembali ke
sumber semula, perjalanan ini lebih pendek dan melintasi paru-paru yang
melintasi komponen darah itu.
Juantung ada dua yaitu jantung sebelah kiri dan jantung sebelah kanan
yang masing-masing mempunyai dua ruang, ruang sebelah atas yang disebut
atrium ( serambi ), dan bawah ruang sebelah yang disebut ventrikel (
bilik ) masing-masing ruang ini dihubungkan dengan system peredarannya
sendiri.satu seri katup yang sederhana namun efisien mengatur perjalanan
darah itu sehingga mengalir dengan bebas diantara pembuluh darah,
pembuluh yang pada masing-masing ruangan.
Darah dikirim ke atrium disebelah kanan melelui pembuluh-pembuluh
utama yang disebut vena ( vene cava ) ini adalah darah yang telah
dikumpulkan dari seluruh tubuh pada saat itu, lalu dilimpahkan ke atrium
( serambi )
Pada denyutan jantung yang berikutnya, jantung berkontraksi, lalu darah
yang ada di atrium dilimpahkan ke ventrikel. Disebelah kanan ketika
katup penghubung itu terbuka. Ketika ventrikel sebelah kanan mengempis,
darah besar yan menyalurkan ke jantung
Tanda dan Gejala
- Rasa nyeri didada sebelah kiri dan menjalar kebahu, lengan kiri dan punggung
- Shock ( pusing, lemah, berkeringat, muntah-muntah, pingsan dan pucat )
- Sesak nafas
- Denyut jantung tidak teratur.
5) Test Diagnostik
• EKG : keadan Istirahat EKG normal pada 25 % pasien angina pectoris
• Fhoto Thorax : biasanya normal, namun infiltrate mungkin ada menunjukan dekompesasi jantung atau paru-paru
• Angiografi koroner : cara yang paling akurat, untuk unutk menentukan
beratnya penyakit koroner, dilakukan pada penderita angina stabil yang
kronik.
• Test Lab : SGOT, SGPT, LDH, CKMB : tidak ada penyimpangan ( normal )
• Kadar lipid, trigliserid dan kolesterol : mungkin meningkat
• Pembedahan bypass modern
• Treadmill
o Kontra Indikasi : pada pasien usia lanjut, penderita cacat, penderita denga sakit lama .
o Indikasi : untuk diagnostic Angina dengan memprovakasi kelaianan iskemia dan nyeri dada
7) Penatalaksaan Medik
• Meningkatkan suplai O¬2 ke miocard
• Menghilangkan nyeri dada
• Istirahat
• Hilangkan atau kurangi emosi
• Uji latihan beban / treadmill test
• Pemeriksaan EKG dan rekam jantung
• Diet :
- Kendalikan kalori sesuai dengan berat badan yang ideal
- Diet meliputi : karbohidrat (terutama yang majemuk ): 50% dari kaloro
harian, protein : 20% dari kalori harian, dan lemak ( kebanyakan
nabati ) : 30 % dari kalori harian
- Hindari makanan asin
8) Komplikasi
- Oisritmia / aritmia
- Miocard infark
- Syok cardiogenik
- Dekompensatio cordis
- Insfisiensi koroner
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat hipertensi dan penyakit paru.
- Riwayat anemia.
- Riwayat penyakit katub jantung, bedah jantung dan endokarditis.
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah, anoreksia.
- Penambahan berat badan signifikan
- Edema, asites
- Makan makanan yang tinggi garam, lemak, gula dan kafein.
- Penggunaan obat diuretik.
c. Pola eliminasi
- Nokturia (berkemih pada malam hari)
- Penurunan berkemih, urine berwarna gelap
- Diare, konstipasi.
d. Pola latihan dan aktivitas
- Kelelahan terus menerus sepanjang hari.
- Gelisah
- Dyspnea
- Edema pada ekstremitas bawah.
- Batuk, nyeri dada pada saat aktivitas.
e. Pola tidur dan istirahat
- Insomnia
- Tidur menggunakan 2-3 bantal.
f. Pola persepsi dan kognitif
- Cemas
- Stres yang berhubungan dengan penyakit
- Kemampuan pasien mengatasi penyebab penyakit.
g. Pola hubungan dan peran dengan sesama
- Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
h. Pola reproduksi dan seksualitas
- Penurunan aktivitas seksualitas, penurunan libido dan impoten/
disfungsi orgasme sehubungan dengan kelelahan/beta blocker yang sering
membuat penurunan sex.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokard, perubahan frekuensi, irama, konduksi dan listrik jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung.
c. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan.
d. Kelebihan volume cairan b/d kegagalan curah jantung, retensi cairan.
e. Penurunan perfusi jaringan b/d penurunan cardiac output.
f. Resti kerusakan integritas kulit b/d penurunan perfusi jaringan, tirah baring lama.
g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, aktivitas, diit dan pengobatan b/d kurang informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
DP 1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokard, perubahan frekuensi, irama, konduksi dan listrik jantung.
HYD: Menunjukkan TTV dalam batas normal, tidak terjadi angina, dyspnea, tidak ditemukan gejala gagal jantung.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi dan irama jantung.
R/ Biasa terjadi takikardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas miokard.
2) Catat bunyi jantung tambahan.
R/ Bunyi tambahan menunjukkan lemahnya kerja jantung.
3) Pantau nadi perifer, TD
R/ Penurunan nadi dan TD menunjukkan penurunan curah jantung.
4) Kaji kulit terhadap pucat dan cyanosis.
R/ Menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder karena tidak adekuatnya curah jantung.
5) Kaji terhadap penurunan kesadaran.
R/ Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral.
6) Pantau dan catat keluaran urine.
R/ Ginjal berespon terhadap penurunan curah jantung dengan menahan air dan natrium.
7) Anjurkan istirahat cukup.
R/ Memperbaiki efisiensi kontraktilitas jantung dan menurunnya kebutuhan O2.
8) Kolaborasi dan dokter untuk pemberian obat (diuretik, vasodilator, captopril, morfin sulfat dan tranquilizer/sedatif).
R/ Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
DP 2. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung.
HYD: Klien dapat berinteraksi sesuai tingkat toleransi.
Intervensi :
1) Observasi TTV sebelum dan sesudah beraktivitas terutama klien yang menggunakan obat vasodilator dan diuretic.
R/ Hipotensi orthostatik dapat terjadi karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan/pengaruh obat jantung.
2) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dyspnea, pucat dan berkeringat.
R/ Penurunan miokardium untuk menaikkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menurunkan frekuensi jantung dan kebutuhan O2
3) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
R/ Dapat menunjukkan kenaikan dekompensasi jantung terhadap kelebihan aktivitas dengan periode istirahat.
4) Bantu penuh atau sesuai indikasi dan selingi aktivitas dengan periode istirahat.
R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard.
5) Kolaborasi untuk program rehabilitasi jantung.
R/ Peningkatan aktivitas secara bertahap untuk mengurangi kerja jantung.
DP 3. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan.
HYD: Pernapasan klien normal 12-20 x/menit, bunyi nafas normal.
Intervensi :
1) Beri posisi semifowler/fowler.
R/ Meningkatkan ventilasi dan mengurangi aliran balik vena ke jantung dan meningkatkan ekspansi paru.
2) Jelaskan dan ajarkan klien batuk efektif dan nafas dalam.
R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2.
3) Auskultasi bunyi nafas, catat crackles, frekuensi pernapasan.
R/ Menyatakan adanya kongesti paru dan menunjukkan kebutuhan O2, informasi lanjut sebagai evaluasi terhadap respon terapi.
4) Kolaborasi dalam pemberian terapi O2.
R/ Menaikkan saturasi O2 dan mengetahui dyspnea dan fatigue.
5) Pantau nilai AGD.
R/ Monitor O2 dalam darah.
DP 4. Kelebihan volume cairan b/d kegagalan curah jantung, retensi cairan.
HYD: Edema berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi :
1) Kaji derajat edema dan ukur lingkar perut setiap hari.
R/ Pada gagal jantung, cairan dapat berkumpul di ekstremitas bawah, abdominal.
2) Pantau intake-output.
R/ Memantau balance cairan.
3) Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler.
R/ Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
4) Timbang BB bila memungkinkan.
R/ Catat perubahan ada atau hilangnya edema sebagai respon terhadap terapi.
5) Kaji distensi leher dan pembuluh perifer serta adanya edema dengan/tanpa pitting (catat adanya edema tubuh umum).
R/ Retensi cairan berlebihan dapat dimanfaatkan dengan pembendungan vena dan pembentukan edema.
6) Kaji adanya keluhan dyspnea yang ekstrim dan tiba-tiba.
R/ Menunjukkan terjadinya komplikasi (edema paru/emboli).
7) Berikan diit rendah sodium dan natrium serta batasan cairan.
R/ Mengurangi retensi cairan.
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat digitalis, diuretik dan tambahan kalium.
R/ Meningkatkan tugas jantung, meningkatkan keluaran urine dan menghambat reabsorpsi natrium.
DP 5. Penurunan perfusi jaringan b/d penurunan curah jantung.
HYD: Pasien mengatakan perasaan nyaman atau tidak ada nyeri saat istirahat.
Nadi perifer teraba dan kuat.
Keluhan pusing berkurang sampai dengan hilang.
Warna kulit tidak pucat, suhu tubuh hangat.
Intervensi :
1) Kaji keluhan pasien (nyeri dada, pusing).
R/ Pengkajian yang tepat diperlukan untuk memberikan intervensi yang tepat.
2) Monitor TTV dan irama jantung setiap 4 jam.
R/ Nadi yang cepat dan reguler dapat menyebabkan penurunan curah jantung yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
3) Periksa nadi perifer setiap 4 jam.
R/ Nadi perifer teraba dan kuat mengindikasikan aliran arterial yang baik.
4) Kaji warna kulit, suhu dan tekstur kulit tiap 4 jam, catat dan laporkan bila ada perubahan.
R/ Penurunan perfusi jaringan dapat menyebabkan kulit menjadi dingin dan tekstur berubah.
DP 6. Risti kerusakan integritas kulit b/d penurunan perfusi jaringan, tirah baring lama.
HYD: Kerusakan kulit tidak terjadi pada daerah edema atau tertekan.
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda edema pada daerah scrotum, tumit dan maleolus.
R/ Mengidentifikasi area edema dan rencana tindakan selanjutnya.
2) Pijat area yang tertekan.
R/ Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3) Ubah posisi sering di tempat tidur dan bantu latihan rentang gerak aktif pasif (tiap 2-4 jam sekali).
R/ Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
4) Berikan perawatan kulit dan menjaga kelembaban.
R/ Terlalu kering atau lambat merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5) Jaga kebersihan alat tenun dan bebas kerut.
R/ Penurunan tekanan pada kulit memperbaiki sirkulasi.
DP 7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan pengobatan b/d kurang informasi.
HYD: Secara verbal pasien memahami tentang penyakitnya dengan baik, ketentuan diet dan penatalaksanaan pengobatan.
Intervensi :
1) Diskusikan fungsi jantung normal dan jelaskan tentang fisiologinya.
R/ Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2) Jelaskan tentang program pengobatan dan pentingnya menjalankan diet.
R/ Pengertian dalam pengobatan dapat meningkatkan motivasi klien.
3) Diskusikan tentang pentingnya istirahat.
R/ Aktivitas fisik yang berlebihan dapat berlanjut menjadi kelemahan jantung.
4) Diskusikan dalam pemberian obat dan efek samping obat.
R/ Pemahaman kebutuhan terapeutik pentingnya upaya pelaporan efek samping dapat mencegah terjadinya komplikasi obat.
5) Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya.
R/ Dapat memahami tentang proses perjalanan penyakit.
.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long, 1989. Medical Surgical Nursing. St. Louis. CV. Mosby Company.
Brunner and Suddarth. 1999. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, Alih bahasa: Monica Ester, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Donna D. Ignatavicius, 1991. Medical Surgical Nursing, WB. Saunders Company, Philadelphia.
Joyce M. Black, 1997. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care. Fifth Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia.
Lewis, Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Missouri: Mosby Inc.
Luckmann and Sorensen’s, 1993. Medical Surgical Nursing A Psychophysiologic Approach. Fourth edition.
Mansjoer, Arif dkk (editor), 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga, Jilid 2. Penerbit FKUI: Jakarta.
Marilynn E. Doengoes, 1993. Nursing Care Plan. Edition 3, Philadelphia: F.A. Davis Company.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI. Jakarta.
Internet www. Googgle.id. com. Angina Pektoris