Lunturnya gemah ripah loh jinawi di Indonesia,
mungkin istilah itu bukan hisapan jempol semata saat ini. Siapa saat
ini yang bisa mengatakan atau menyimpulkan Indonesia itu tentram? Dan
masihkah Indonesia dikatakan sebagai negara makmur serta subur tanahnya?
Sepintas jawabannya masih, tapi bila dicermati sepertinya tentram dan
makmur serta subur tanahnya sudah luntur dari Indonesia.
Arti dari istilah bahasa gemah ripah loh jinawi
itu adalah tentram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Dulu jadi
sebagian semboyan negeri tercinta Indonesia, tapi kini sepertinya
pelan-pelan tapi pasti, pergi dan menjauh untuk dijadikan semboyan
negeri ini. Banyak sekali daerah di Indonesia ini menggunakan istilah
gemah ripah loh jinawi, dimana istilah ini sebagai gambaran daerah
tersebut tentram dan makmur serta sangat subur tananhnya. Bisa juga
dimaknai dengan Kemakmuran, kesenangan, kesuburan yang dinikmati oleh seluruh penduduk tanpa kecuali.
Istilah gemah ripah loh jinawi juga banyak ditemui dibuku-buku tua jaman
dulu, dan ketika saya tahu arti serta maknanya sepertinya tidak lagi
sesuai dengan kenyataan yang terjadi di negeri ini. Menurut saya istilah
itu sudah luntur, meleleh dan lari ditelan bumi entah kemana. Untuk
kata makmur akan membuat kening berkerut dan sontak berpikir, apa
Indonesia masih bisa dibilang makmur? Makmur dalam bidang apa?
Gampangnya kata makmur bagi saya, ya paling tidak seperti si Tegar
pengamen cilik yang kini masuk dapur rekaman dan hidup makmur.
Misalkan gemah ripah loh jinawi dimaknai tentram dan makmur, lalu
dikaitkan dengan kondisi negara Indonesia saat ini, pastinya kita sulit
untuk menjabarkannya dengan objektif. Tentram dalam arti tidak perang
memang iya, tapi coba lihat saja aksi unjuk rasa alias demonstrasi
hampir terjadi setiap saat di seluruh wilayah Indonesia. Apa itu yang
dinamakan tentram? Kalau di gedung DPR atau di Istana pastinya tentram,
meski di demo habis-habisan, sedikit budeg dibalik tameng rakyat
yang menjadi aparat keamanan.. Untuk rakyat yang berada dilingkungan
terjadinya demo atau kerusuhan bagaimana? Apa mereka itu bisa dibilang
hidup tentram? Oh, tentu tidak jawabnya! Lantas bila tentram saja sudah
bergeser, bagaimana dengan kata makmur?
Sederhananya adalah bagaimana kita atau sebut saja rakyat bisa hidup
makmur, bila ketentraman sudah jauh berubah. Sedikit tidak setuju dengan
aturan, demo! Tidak puas dengan hasil pilkada, demo! Protes ini dan itu, unjuk rasa!
Bukankah itu gambaran tentram di wilayah tersebut sudah tidak lagi ada.
Lalu siapa yang harus bertanggung jawab dengan hilangnya ketentraman
tersebut? Ya sebenarnya kita semua yang bertanggung jawab, ya kita yang
merasa sebagai pembuat kebijakan dan keputusan, serta kita juga sebagai
pemilih mereka dengan kekeliruan akibat amplop dan mau dibodohi dengan
sembako dan janji manis. Akhirnya, kita juga yang hidup tidak tentram,
tidak makmur alias melarat, kecuali kita rawe-rawe rantas, malng-malang
puntung yaitu berkerjalah dengan keras dan hancurkanlah setiap
penghalang plus.
Gemah ripah loh jinawi memang masih ada di Indonesia, tapi bukan milik
rakyat orang Indonesia secara keseluruhan. Gemah ripah loh jinawi hanya
milik kalangan terbatas dan tertutup rapat. Jadi jangan pernah berharap
untuk berada dilingkaran gemah ripah loh jinawi, bila kita adalah rakyat
golongan 'biasa'. Mereka yang gemah ripah loh jinawi tidak terpengaruh kenaikan BBM, TDL atau mungkin bila sebiji klengkeng dihargai 10 ribu tidak menjadi masalah. Mereka punya dan tinggal ambil, serok semua beres.
Sangat membingungkan sekali bila dulu gemah ripah loh jinawi atau
mungkin bukan dulu barangkali, istilah tersebut sangat kental dan
bersenyawa dengan bangsa Indonesia. Tapi itu dulu! Sekarang tidak lagi,
istilah itu sepertinya ekslusif dan spesial bagi kalangan tertentu,
tidak bagi saya atau teman yang sedang membaca ini. Saya malu melihat
peristiwa kerusuhan di Jeddah, malu melihat kenyataan terjadi
kongkalikong kelulusan UN, dan lain sebagainya. Apa yang terjadi dengan
bangsa Indonesia? Mungkin rasa malu itu hanya ada di kita, bukan mereka
yang merasa gemah ripah loh jinawi saat ini.
Pada akhirnya semua akan berlomba, rawe-rawe rantas, malang-malang
puntung,..untuk meraih gemah ripah loh jinawi dengan segala cara dan
masa bodoh dengan lainnya. Itu kenyataan! Bicara sudah, menulis sebagai
protes sudah, demo bahkan hingga menutup jalan tol pun rela dilakukan
demi sebuah istilah gemah ripah loh jinawi, tapi alhasil nol besar.
istilah itu seperti sudah dibeli secara kontan oleh si tuan tamak negeri
ini, si tuan birokrat berkedok Indonesia. Lalu kita hanya jadi
bulan-bulanan demi mereka, demi kepuasan dan kerjasama mereka.
Sepertinya untuk tentram saja sulit saat ini gimana dengan makmur? Jadi
lupakan saja untuk bisa meraih makmur 'dalam tanda kutip'. Kita boleh
makmur sebatas cukup makan, bayar kredit, bayar biaya sekolah sambil
lari tunggang langgang dan bayar ini dan itu. Kita harus melupakan
subsidi demi kemakmuran negeri ini, tapi meraka yang menikmati dengan
merampok lewat jalan korupsi dan kolusi. Kita harus bayar hutang negara,
padahal kita tidak pernah berhutang dan kita hidup dari banting tulang
kepala untuk kaki, kaki untuk kepala. Kita harus melongo dan pastinya
harus bertanggung jawab pada hutang negara gemah ripah loh jinawi
Indonesia yang hampir 2000 triliyun rupiah.
Sebagai penutup dari tulisan ini, kita memang masih hidup di negara
Indonesia, tapi jangan berharap istilah gemah ripah loh jinawi terlalu
besar kecuali kita rawe-rawae rantas, malang-malang puntung plus tidak
tahu malu.
Kita semua sadar bila saat ini hidup di negara tentram karena tidak ada
perang atau dentuman bom tentara penjajah, kita hidup ditengah
kemakmuran gedung pencakar langit dan deru mesin mobil mewah kaum
birokrat, serta kita juga hidup ditengah sangat suburnya tanah negara
Indonesia, meski beras, gula dan lain sebagainya harus import dari
negara lain yang belum tentu lebih subur dari Indonesia. Namun, kita
harus bangga menjadi bangsa Indonesia dan percaya ada langit diatas
langit. Berarti ada akhir bila ada awal, jaman pasti berubah, kesadaran
meningkat, kebohongan pasti terungkap meski dibalut kain sutra.
Begitulah cerita 'lunturnya Gemah ripah loh jinawi di Indonesia' kali
ini. Bersabarlah dan merdeka!! Peace!!
Post a Comment