Konflik
dalam pergaulan kita – Konflik diartikan pertentangan atau pertikaian antara satu atau kelompok
dengan yang lainnya. Pertentangan
tersebut sudah pasti menguras energi fisik maupun pikiran. Oleh sebab itu tak
seorang pun sesungguhnya yang menyukai konflik. Adanya konflik membuat orang
hidup tidak tentram. Itu pasti!
Yang
namanya hidup, pasti akan menghadapi konflik. Hanya saja, intensitas dan jenis
konflik yang berbeda. Akan tetapi konflik itu tidak hanya melibatkan pihak
lain. Ada juga orang yang menghadapi konflik dengan dirinya sendiri. Perang
batin antara fikiran dan sanubari.
Dalam
pergaulan sehari-hari kita sering menghadapi konflik atau pertentangan. Orang-orang di lingkungan kita, seumpama di
tempat kerja, lingkungan tetangga, dan lingkungan keluarga, kadang-kadang membuat kita serba salah. Ibarat
makan buah simalakama, dimakan ibu yang meninggal atau tidak dimakan bapak yang
meninggal.
Di
tempat kerja mungkin saja terjadi konflik dengan rekan kerja atau atasan sendiri.
Kondisi ini sering menciptakan suasana yang tidak kondusif dan hubungan yang tidak harmonis. Akibatnya saling tidak
bertegur sapa satu sama lain meskipun berjumpa setiap hari di tempat kerja yang
sama.
Hubungan yang tidak harmonis juga terjadi dengan
atasan sendiri. Sering terjadi saling tuding antara pimpinan dan bawahan.
Bawahan menuding atasanya bersikap otoriter dan tidak professional. Tidak adil,
pilih kasih dan sebagainya. Sebaliknya, pimpinan sering menganggap bawahannya
pembangkang, tidak royal, berkinerja rendah, dan lain sebagainya.
Hal
senada dengan di atas bisa pula terjadi dalam lingkungan keluarga dan
lingkungan tetangga. Konflik dengan sesama anggota keluarga banyak sekali
penyebabnya. Begitu pula dengan tetangga
sebelah yang membuat kondisi semakin rumit. Mau jujur takut dimarahi, tidak
jujur takut berdosa. Serba salah. Saling iri dan mengatasi dalam status sosial.
Perang urat saraf sering terjadi. Saling menjelekkan pada orang lain. Saling
menyalahkan satu sama lain. Tidak mau mengalah. Mempertahankan ego
masing-masing.
Hubungan
yang kurang harmonis akibat konflik tentu saja tidak menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Jika terjadi di tempat kerja akan menimbulkan produktivitas kerja
yang rendah. Jika terjadi di lingkungan keluarga dan tetangga sudah pasti
merusak hubungan silaturrahmi.
Saling
mengemukakan sikap dan berfikir postif antara dua pihak yang mengalami konflik
merupakan langkah yang tepat. Ini akan member kesempatan untuk saling bercermin
diri pada apa yang telah terjadi dan menyadari penyebab konflik. Jika sudah
demikian maka sikap saling memaafkan dan memberi maaf akan terbersit dalam
nurasi masing-masing. Disadari memang, tak seorangpun manusia yang luput dari
kesalahan dan kekhilafan.
Post a Comment