"Dari dulu kami sudah lakukan strategi pencegahan dari hulu ke hilir," katanya saat menghadiri konferensi pers Hari AIDS Sedunia 2013, di Jakata, Jumat.
Menurutnya, pengendalian HIV-AIDS bertujuan untuk tercapainya Zero New HIV infection, Zero discrimination dan Zero AIDS related death. Atau dengan kata lain, untuk menurunnya jumlah kasus baru HIV, stigma dan diskriminasi pada penderita HIV AIDS dan menurunnya angka kematian akibat AIDS.
Nafsiah mengatakan strategi yang dilakukan di bagian hulu ialah bagaimana mencegah orang jangan berperilaku beresiko. Ia mencontohkan, misalnya tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, atau tidak berganti-ganti pasangan jika sudah menikah.
"Kalau ganti-ganti pakai kondom karena berbahaya," ujarnya.
Sementara di hilir, lanjutnya, misalnya di tempat-tempat pelacuran atau di tempat peredaran narkoba suntik, pendekatan yang dilakukan berbeda, yakni dengan memutuskan rantai penularannya.
"Kalau seseorang sudah ke tempat pelacuran, kalau pakai ayat-ayat suci enggak bakal mempan deh," ujarnya.
"Kamu tinggal bilang pakai kondom. Paling tidak, kalau pakai kondom resiko ketularan tidak ada," tambahnya.
Menurut Nafsiah, sejumlah pihak dapat berperan dalam pencegahan penularan HIV-AIDS terutama di hulu.
Pihak-pihak ini misalnya tokoh agama, tokoh pendidik, pihak BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) dan lainnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi pada 30 September 2013 diketahui secara akumulatif AIDS di Indonesia mencapai 45.650 orang. Sementara jumlah pengidap HIV sebanyak 118.787 orang. Kelompok usia terbanyak mengidap HIV ialah 25-49 tahun yakni sebanyak 72,8 persen. Kemudian, kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 15 persen.
Post a Comment