- Vertigo atau kehilangan
keseimbangan akan sangat mengganggu aktivitas walaupun tidak menimbulkan
rasa sakit pada organ tubuh lainnya. Ketika kambuh, penderita vertigo
akan mengalami kesulitan berdiri dan bergerak karena merasa sakit kepala
luar biasa hingga dunia tampak berputar, bahkan kerap kali disertai
dengan rasa mual dan muntah.
Menurut peneliti masalah vertigo, dr.
Entjep Hadjar, Sp. THT, penyebab vertigo dapat berasal dari gangguan
syaraf, penyakit dalam atau masalah seputar THT (telinga, hidung dan
tenggorokan).
Beberapa faktor yang menyebabkan vertigo antara lain
karena serangan migren, radang pada leher, mabuk kendaraan, infeksi
bakteri pada alat pendengaran dan kekurangan asupan oksigen ke otak.
Kelainan
pada telinga juga sering menjadi penyebab. Termasuk pula kelainan
pengelihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba,
gangguan di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak, maupun
di dalam otaknya sendiri.
Penelitian yang dilakukan Entjep
menunjukkan, sebagian besar pengidap vertigo mengalami gangguan pada
ruang otak yang mengatur keseimbangan. Dari sebanyak 781 penderita
vertigo yang pernah diteliti, 219 orang (28,3 persen) di antaranya
mengalami penyakit batuan kecil (debris) pada alat keseimbangannya.
"Dari
data penelitian saya lima tahun lalu menunjukkan, penyakit debris pada
ruang otak yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia atau yang
disebut dengan vertigo debris menjadi penyebab utama vertigo," paparnya
saat acara Seminar Vertigo "Re-Balance Your Life" di RS Asri, Jakarta,
Rabu (26/10/2011).
Vertigo debris terjadi karena terdapat gangguan
debris pada ruang berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut dikarenakan sensor keseimbangan
memiliki berat jenis yang lebih besar dari cairan endolymph.
Menurut
Entjep, alat keseimbangan manusia bersifat dinamis sehingga sangat
mudah terangsang oleh gerakan putaran kepala. Bila terdapat debris
(batuan kecil) pada alat keseimbangan, maka cairan endolymph akan mengalami gaya dorong yang lebih besar dari yang seharusnya, dan merangsang alat keseimbangan.
Kondisi ini biasa disebut dengan vertigo posisi atau dalam istilah kedokteran disebut dengan BPPV (Benign Paroxysmal Position Vertigo) atau vertigo paroksimal jinak.
Entjep
menuturkan, dahulu, solusi untuk mengatasi pasien vertigo BPPV
dilakukan dengan operasi pengeluaran batu endapan. Namun, justru sering
terjadi kegagalan karena batuan tersebut berada pada tulang temporal
(terkeras) pada manusia.
"Tapi sekarang telah ditemukan cara non bedah yang lebih praktis yakni dengan vibrator," katanya.
Vibrator
tersebut nantinya akan menghancurkan debris (batuan kecil), dengan
menempelkannya pada kepala penderita. Selain menghancurkan debris,
vibrator juga digunakan untuk melepaskan debris yang sudah terlanjur
melekat.
"Pengobatan vertigo debris ini sangat praktis, aman dan
dapat hilang dalam beberapa menit, dan tanpa obat. Pengobatannya disebut
dengan Canalith Repositioning Therapy (CRT), disertai dengan vibrasi, yang berfungsi mengurangi rasa pusing," katanya.
Terapi
dianjurkan dilakukan 2 (dua) kali seminggu, walau pada kenyataannya,
banyak pasien sudah merasa sembuh dengan hanya dua kali terapi.
Post a Comment