1. Mengendalikan Amarah
Dalam riwayat diceritakan, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Subhanahu Wa Ta’ala. “YA Rasulullah, amal apakah yang paling utama?” Maka beliau menjawab : “jangan marah!.” Jawaban itu beliau ulangi hingga tiga kali.
Jika kita ingin mulia di dunia dan akhirat, jika seorang suami ingin mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah,
jika seorang pemimpin ingin agar hubungannya dengan masyarakat
berjalan harmonis, seorang anak ingin sukses dalam perjalanan
pendidikan dan disayangi orang tuanya, maka salah satu kuncinya adalah “JANGAN MARAH!!.”
2. Bagaimana kita mengendalikan marah?
Pertama, kita harus
menanamkan tekad dalam diri kita kalau hari ini kita tidak boleh
marah, dan itu bukan hanya omong kosong, tapi sekuat tenaga berusaha
dijalani dengan konsisten.
Kedua, jika kita
dalam kondisi marah, maka palingkanlah muka kita dari kemarahan itu.
Jika saat marah itu posisi kita sedang berdiri, maka duduklah. Dan jika
kita sedang duduk, maka berbaringlah. Pokoknya, usahakan untuk
mengubah posisi dan situasi.
Ketiga, saat kemarahan itu muncul, maka segeralah memohon perlindungan Allah SWT dari godaan syetan yang menjerumuskan.
3. Buruk Lisan
Seseorang bisa selamat
karena telah memelihara lidahnya. Dan sebaliknya, seseorang bisa celaka
karena tidak memelihara lidahnya. Mulut itu seperti moncang teko yang
mengeluarkan isi. Jika kita ingin melihat kualitas diri, maka dengan
mudah kita dapat melihatnya dari kata-kata yang keluar dari mulut kita.
Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda,”barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.”(HR. Bukhari dan Muslim).
4. Buruk Sangka (Su’uzhan)
Allah SWT berfirman :”Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seseorang diantara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah penerima
taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Hujurat: 12).
Selain akan merusak hati, kebahagiaan, dan akhlak, buruk sangka akan merusak kedudukan kita disisi Allah SWT. Jadi, latihlah hati
dan pikiran kita untuk selalu berpikir positif agar kita terhindar
dari berburuk sangka terhadap orang lain dan yang paling berbahaya
ketika kita sudah mulai berprasangka buruk kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Na’uudzubillahi min dzaalik.
5. Cinta Dunia (Hubbud Dunya)
Rasulullah
bersabda :”Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh
bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang tersebut melahap isi
mangkuk”. Para sahabat bertanya:”Apakah jumlah kami saat itu sedikit, Ya Rasulullah?” Rasulullah
menjawab :”Tidak, bahkan saat itu jumlahmu amat banyak, tetapi seperti
air buih di dalam air bah karena kamu tertimpa penyakit ‘wahn’. Para sahabat bertanya, “Apakah penyakit ‘wahn’ itu Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “penyakit ‘wahn’ itu adalah kecintaan yang amat sangat kepada dunia dan takut akan kematian.” Dan Rasulullah berkata, “Cinta dunia merupakan sumber utama segala kesalahan.”
Orang yang cinta dunia tidak
akan pernah merasa bahagia, karena dia telah diperbudak dunia sehingga
tidak pernah merasa puas atas apa yang telah dia dapat. Maka, berhati-hatilah
dalam mengikuti keinginan, kita harus berpikir apakah keinginan kita
itu bermanfaat atau hanya didasari nafsu belaka. Mohonlah pertolongan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala setiap mengambil keputusan.
6. Dendam
Dendam itu buah dari hati yang merasa terluka, teraniaya, dan merasa haknya terambil. Makin kuat kedendaman seseorang, maka akan semakin besar kemungkian seseorang untuk marah dan dengki. Na’uudzubillahi min dzaalik.
Cara menghindari dendam
adalah dengan menjadikan cemoohan dan hinaan orang lain sebagai bahan
evaluasi diri buat kita. Yang kedua, balaslah sikap buruk orang lain
dengan sikap terbaik yang bisa kita lakukan. Selain hati kita menjadi lebih tenang, kita juga akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
7. Dengki
Ciri-ciri orang pendengki adalah :
- Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.
- Seorang pendengki akan enggan bertemu dengan orang yang didengkinya.
- Raut muka pendengki lebih banyak masamnya daripada manisnya.
- Pendengki akan selalu mencari-cari kejelekan orang lain.
Merasa bahwa hanya dirinya yang berhak sukses dan orang lain harus gagal.
Penyebab dari kedengkian adalah luka hati, merasa diri paling hebat (uzub), sombong (takabur),dan
ambisi yang berlebihan sehingga menginginkan hanya dirinyalah yang
harus sukses dan orang lain gagal. Seorang pendengki akan mendapat
kerugian yang sangat besar, dia tidak lagi memikirkan kesehatan dirinya,
sebab yang dia pikirkan hanya keburukan orang lain dan memikirkan
bagaimana caranya agar orang lain mendapatkan kesusahan.
Hal terpenting untuk
mengatasi sifat dengki ini adalah belajar untuk mengakui bahwa ada
orang lain yang lebih baik dari kita. Tapi bukan berarti kita tidak
memiliki suatu kelebihan, karena setiap manusia diberikan kelebihan dan
kekurangan. Bersyukurlah atas segala yang telah Allah SWT berikan
untuk kita.
8. Ghibah (Menggunjing)
Ghibah yaitu membicarakan
aib seseorang dengan tujuan apapun. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
mengibaratkan orang yang suka menggunjing sebagai orang yang suka
memakan bangkai saudaranya sendiri.
Cara kita menjauhi ghibah
adalah dengan memilih lingkungan pergaulan yang dapat meningkatkan
kualitas keilmuan dan ibadah kita menjadi lebih baik, dan hindarilah
obrolan-obrolan yang mengarahkan kita kepada ghibah.
9. Riya’
Riya’ adalah salah satu
syirik yang paling kecil. Orang yang memiliki sifat riya’ selalu
mengharapkan pujian dari orang lain atas segala amal baiknya. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala mengibaratkan amalan orang yang riya’ bagai batu
licin yang diatasnya tanah, lalu hujan lebat menimpanya, maka ia
menjadi bersih dan tidak meninggalkan bekas.
Untuk menghindari sifat
riya’ bukan berarti kita harus selalu sembunyi-sembunyi dalam beramal.
Karena sesungguhnya kesemuanya itu bersumber dari hati. Kuncinya adalah IKHLAS. Ketika
kita melakukan sesuatu karena Allah, maka sanjungan dan pujian orang
sudah tidak berarti, karena yang kita harapkan hanyalah keridhoan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga kita termasuk orang yang diridhoi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Amin
Wallohu A’lam bish-Showab, semoga bermanfa’at. Amiin
Post a Comment